PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teknologi
Nana Syaodih S. (1997:67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi . Kalau manusia pada zaman dahulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Terkait dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, kast & Rosenweig menyatakan Teknologi is the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang teknologi. Namun bila di lihat asal bahasa, kata teknologi berasal dari bahasa Yunani technología (τεχνολογία) ‐ TECHNE (τέχνη) artinya kerajinan dan ‐Logia (‐λογία) artinya studi tentang sesuatu, atau cabang pengetahuan dari suatu disiplin.
Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan permesinan, namun sesungguhnya teknologi memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (hoba, 1977) kemudian pengertian tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (galbraith, 1977). Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses (sadiman, 1993).
Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Dari beberapa pengertian diatas tampak bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya, teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Seorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan akalanya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, dan lebih-lebih yang lain.
Perkembangan teknologi terjadi apabila seseorang menggunakan alat dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat dikemukakan pendapat pakar teknologi “dunia” terhadap pengembangan teknologi.
Menurut B.J Habiebie (1983:14) ada delapan wahana transformasi yang menjadi prioritas pengembangan teknologi, Terutama teknologi industri, yaitu pesawat terbang, maritim dan perkapalan, alat transportasi, elektronika dan komunikasi,energi, rekayasa, alat-alat dan mesin-mesin pertanian, dan pertahanan dan keamanan.
Dalam kaitan ini, maka timbul pertanyaan, kurikulum apa yang dapat memeberikan bekal kepada peserta didik di jenjang pendidikan dasar sehingga mereka dapat diarahkan kepada masyarakat yang “sadar teknologi” atau masyarkat yang “melek teknologi”. Pertanyaan yang sama, bagiamana menerjemahkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4, sehingga pembelajaran mencerminkan kawasan pendidikan teknologi.
2.2 Dasar Pemikiran Perlunya Teknologi Dalam Pendidikan
Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum di dalam sistem pendidikan dan dalam perkembangan proses kehidupan manusia, maka pengembangan kurikulum harus dikerjakan dengan teliti. Pengembangan kurikulum membutuhkan landasan yang kuat dan didasarkan atas berbagai hal, misalnya landasan filosofis, analisis, psikologis, empiris, politis dan lain sebagainya.
Dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 menegaskan paling tidak terdapat dua tujuan Pendidikan Nasional, yaitu memiliki pengatahuan dan keterampilan. Menurut Soedijarto (1993: 70) pendidikan nasional selain bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa masih dituntut pula untuk meningkatkan kualitas manusia, meningkatkan kemampuan manusia termasuk kemampuan mengembangkan dirinya, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia, dan ikut mewujudkan tujuan nasional. Dengan menyadari hal tersebut, pengembangan kurikulum perlu selalu berorientasi pada perkembangan zaman dan masyarakat.
Selanjutnya dalam pasal 37 UU No.2 Tahun 1989, menyiratkan kaidah-kaidah bahwa kurikulum harus dapat memberikan suatu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk dapat mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan serta kemampuan mengembalikan diri, kemampuan akademik dan/atau profesional untuk menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, maupun untuk kesenian (Soedijarto, 1993: 47).
Sementara itu, Ki Hajar Dewantara (1946: 15) menyatakan bahwa kebudayaan merupakan faktor penting sebagai akar pendidikan suatu bangsa.Hal ini mengindikasikan bahwa dalam mengembangkan kurikulum, kedudukan kebudayaan merupakan variabel yang penting.
Ahli lain seperti Print (1993 : 15) menyatakan pentingnya kebudayaan sebagai landasan bagi pengembangan kurikulum dan kurikulum adalah konstruksi dari suatu kebudayaan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan totalitas cara seseorang hidup dan mengembangkan kehidupannya, sehingga ia tidak hanya menjadi landasan di mana kurikulum dikembangkan, melainkan juga menjadi sasaran hasil pengembangan kurikulum itu.
Winarno Surakhmad (2000: 4) menyatakan bahwa kurikulum masa depan adalah kurikulum yang mengutamakan kemandirian dan menghargai kodrat, hak, serta prestasi manusia. Ini berarti dalam pengembangan kurikulum sesuatu yang konkret dan bersifat empiris dari suatu komunitas sosial tidak dapat dipisahkan, di samping tuntutan kemampuan masyarakat itu sendiri.
Dengan bercermin pada kondisi masyarakat Indonesia saat ini yang sedang ditempa oleh fenomena sosial yang amat besar, yaitu gelombang reformasi dan isu-isu yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan lingkungan hidup maka perlu kajian-kajian yang mendalam guna reposisi maupun reorientasi kurikulum.
Tuntutan masyarakat pada hakikatnya adalah amat kompleks dan beragam, sebab hal ini erat kaitannya dengan kondisi psikologis tiap-tiap individu. Perbedaan individu berhubungan dengan perkembangannya, latar belakang sosial budaya, dan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya, merupakan hal-hal yaang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum.
Landasan lain yang diperlukan dalam pengembangan kurikulum adalah teori belajar, yaitu tentang bagaimana peserta didik belajar. Banyak sekali teori belajar yang dikenal saat ini. Teori-teori tersebut dikembangkan terutama dari psikologi, Ratna Wilis Dahar (1989) antara lain menyebutkan: (1) Behaviorisme Ivan Pavlov: Classical Conditioning; E.L. Thorndike: Hukum pengaruh; B.F.Skinner: Operant Conditioning, (2) Cognitive ( Akomodasi dan Asimiliasi dari Piaget; belajar bermakna dari Ausubel; Skemat), dan sebagainya tentu saja amat berguna dalam pengembangan kurikulum.
Marpaung (2000:2) dalam hasil wawancaranya dengan guru antara lain menyebutkan bahwa apabila siswa ditanya oleh guru dan apabila pertanyaan yang diajukan oleh guru agak sulit dan mereka tidak yakin bahwa jawabannya benar maka mereka akan diam. Hasil penelitan Munawir Yusuf (1997: iii) menyebutkan bahwa terdapat: (a) 68% siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca, (b) 71,8 % kesulitan belajar menulis, dan (c) 62,2% kesulitan belajar berhitung. Dua contoh tersebut merupakan satu dari masalah yang berkaitan dengan hal”bagaimana” seharusnya memperoleh perolehan sehingga peserta didik diajak untuk berpikir dan menghayati bahan ajarnya.
Gencarnya perkembangan iptek menuntut adanya manusia-manusia yang kreatif agar mereka dapat memasuki dunia yang amat kompetitif. Berkaitan dengan hal tersebut, M.S.U. Munandar ( 1987: 56-59) mengemukakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur yang ada.
Dari beberapa pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikkulum Pendidikan Teknologi untuk siswa di jenjang pendidikan dasar tampaknya merupakan salah satu alternatif yang dapat mengatasi masalah berkaitan dengan pembudayaan teknologi. Pendidikan teknologi pada hakikatnya merupakan materi pembelajaran yang mengacu pada bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di mana peserta didik diberi kesempatan untuk membahas masalah teknologi dan kemasyarakatan, memahami dan menangani peralatan hasil teknologi, memahami teknologi dan dampak lingkungan, serta membuat peralatan-peratalatan teknologi sederhana melalui kegiatan-kegiatan merancang dan membuat (BTE, 1998:7).
2.3 Dasar Pertimbangan perumusan
Adanya rasa tanggung jawab untuk menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, maka kurikulum Pendidikan Teknologi untuk siswa jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) merupakan salah satu kurikulum yang “bertugas” menghidupkan budaya teknologi dalam abad “teknologi” ini.
Di berbagai negara dirasakan bahwa pendidikan teknologi perlu diperkenalkan pada peserta didik sejak usia dini. Hal ini amat dibutuhkan, sebab dalam kehidupan di sekitar umat manusia banyak sesuatu hal yang merupakan hasil teknologi. Sathweld dan Gugger berpendapat bahwa teknologi merupakan aplikasi pengetahuan, teknologi merpakan “application Based” karena merupakan kombinasi dari pengetahuan, pemikiran, dan tindakan, teknologi mengembangkan kemampuan manusia karna dengan teknologi memungkinkan manusia mengadaptasi dan menata dunia fisik yang telah ada, dan teknologi berada dalam ranah sosial dan ranah fisik karenanya dikenal adanya teknologi keras dan teknologi lunak.
Pertanyaannya adalah, teknologi yang mana, teknologi yang bagaimana, dan teknologi untuk siapa yang cocok dan tepat bagi anak seusia SD dan SMP. Dalam kaitan ini, Soedijarto (2000: 81) memberi panduan bahwa materi apa pun yang dipelajari siswa ukuran keberhasilannya adalah melahirkan manusia yang memiliki kemampuan meningkatkan mutu kehidupan ( meningkatkan penghasilan dan daya beli, meningkatkan kesehatan, dan berbagai diemensi kehidupan yang menunjukkan kebermutuan kehidupan, dan martabat manusia ( memperoleh kehidupan dan pekerjaan yang layak).
Untuk mencari “apa”nya pendidikan teknologi di pendidikan dasar, dapat menggunakan pendekatan keempat model konsep pengembangan kurikulum, yaitu
a. Kurikulum subjek akademis, sebab pada dasarnya teknologi ada sejak manusia itu ada, dan pengetahuan tentang teknologi begitu banyak;
b. Kurikulum humanistik, sebab pendidikan teknologi mengajarkan bagaimana setiap individu dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya;
c. Kurikulum teknologi, sebab pendidikan teknologi selain peserta didik memiliki kompetensi-kompotensi tertentu, juga dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan pendakatan desain pembelajaran tertentu;
d. Kurikulum rekonstruksi sosial, sebab konsep pendidikan teknologi dapat dengan mudah terbentuk pada diri peserta didik melalui aktivitas atau eksperimen (Confrey, 1990: 20). Hal ini dapat dipandang bahwa peran interaksi sosial merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengembangan kurikulum teknologi.
Diperutukkan kepada “siapa” pendidikan teknologi tersebut? Tampaknya teori perkembangan Piaget dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan kurikulum pendidikan teknologi di jenjang pendidikan dasar tersebut. Dalam teori Piaget dinyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik. Menurut teori ini, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual yang dilalui peserta didik dan dibagi dalam empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, ketika anak berumur 1,5-2 tahun, tahap pra operasional, ketika anak berumur 2/3-7/8 tahun, tahap pra konkret, ketika anak berumur 7/8-12/14 tahun, dan tahap operasional formal, ketika anak berumur 14 tahun ke atas ( Dahar, 1989: 149-165).
Selanjutnya, teori ini juga menjelaskan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahap, yaitu asimilasi, proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif seseorang, akomodasi, proses kognitif seseorang dengan pengetahuan yang baru, dan ekuilibrasi, proses penyeimbangan mental setelah terjadi proses asimilasi dan akomodasi.
Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana pula pembelajaran pendidikan teknologi dilaksanakan di sekolah? UNESCO melalui the International Commission on Education for the Twenty-first Century yang dipimpin oleh Jacques Delors sebagaimana dikutip Soedijarto (2000: 85) menyatakan unutk memasuki abad ke-21 pendidikan perlu dimulai dengan empat pilar proses pembelajaran, yaitu learning know, learnig to do, learning to be, dan learning to live together.Lebih lanjut Sodijarto menyatakan bahwa pembelajaran ideal ini dengan sendirinya akan selalu berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan peserta didik dan akan dapat menghasilkan manusia terdidik yang mampu membangun masyarakatnya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasakan manfaat dari pendidikan.
Dengan adanya suatu lembaga pendidikan yang dirasakan manfaatnya oleh peserta didik maupun, kiprah dunia pendidikan akan dapat memperoleh dukungan dan peran serta aktif dari peserta didik maupun masyarakat itu sendiri.
Dari beberapa pertimbangan yang telah dikemukakan diatas maka dalam menentukan rumusan tujuan pembelajaran dan bahan ajar, pendidikan teknologi atas hal-hal sebagai berikut.
2.3.1 Rumusan Tujuan
Tujuan pendidikan teknologi hendaknya mengacu pada pencapaian tujuan Pendidikan Nasional yang terdapat pada Pasal 4 UU No. 2 Tahun 1989, yaitu untuk mengembangkan manusia yang utuh, meliputi : (1) keimanan dan ketekwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, (2) sehat jasmani dan rohani, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) berkepribadian yang mantap dan mandiri, dan (5) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan teknologi hendaknya mengacu pula pada pencaian tujuan pendidikan dasar yang terdapat pada Pasal 3 PP No. 27 Tahun 1990, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan kehidupannuya sebagai: (1) pribadi, (2) anggota masyarakat, (3) warga Negara, (4) anggota umat manusia dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Tujuan pendidikan teknologi hendaknya agar para lulusan di jenjang pendidikan dasar memiliki kesadaran dan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep teknologi beserta dampaknya, mampu mempergunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai teknologis.
2.3.2 Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar (1) pokok-pokok bahasan yang paling esensial dan representative untuk dijadikan objek balajar bagi pencapaian tujuan pendidikan dan (2) pokok bahasan, konsep, serta prinsip atau mode of inquiry, sebagai objek belajar yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki kemampuan untuk berkembang, mengadakan hubungan timbale balik dengan lingkungan dan memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak teraralkan (Soedijarto, 2000: 19-51).
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkupkajian pendidikan teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut:
Ø Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energy dan informasi.
Ø Domain teknologi, yaitu suatu focus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pengajaran yang terdiri atas:
· Teknologi dan masyarakat (berintikan teknologi untu kehidupan sehari-hari, industry, profesi dan lingkungan hidup).
· Produk teknologi dan system (berintikan bahan, energy, dan informasi)
· Perancanagan dan pembuatan karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan).
Ø Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini anatara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energy dan bioteknologi.
Dengan ketiga ruang lingkup ini, pada dasarnya dalam pembelajaran pendidikan teknologi pesertaa didik akan memiliki kemampuan dalam hal : (1) menggunakan dan memelihara produk teknologi, (2) menyadari tentang proses teknologi dengan kerjanya, (3) menyadari dampak teknologi tehadap manusia, (4) mampu menngevaluasi proses dan produk teknologi dan (5) mampu membuat hasil teknologi alternative yang disederhanakan bahkan yang paling sederhana.
2.3.3 Bahan Ajar yang Pokok-pokok
Dari tujuan dan lingkup pendidikan teknologi di atas, berikut adalah pokok-pokok bahan ajar yang dianggap “ampuh” untuk perserta didik di jenjang pendidikan dasar (BTE,1998), keterampilan dasar teknik, penjernihan air, bioteknologi, pengelolahan macam-macam bahan, teknologi dan profesi, teknologi produksi, persambungan dan penguatan kontruksi, konversi energy, prinsip-prinsip teknik, system teknik (mesin dan reka cipta), transpormasi dan navigasi, teknologi dan lingkungan hidup, instalasi listrik, komunikasi, computer dan teknologi control, desain teknologi terapan, dan usaha milik sendiri.
2.3.4 Pembelajaran
Agar perolehan peserta didik menjadi bermakna, pendidikan teknologi harus dirancang dengan pendekatan oembelajaran yang mengutamakan kemampuan memecahkan masalah, mampu berpikir alternative dan mampu menilai sendiri hasil karyanya.
Hal ini selaras dengan Soedijarto (2000:69) yang merekomendasikan bahwa untuk memasuki abad ke-21 dalam proses pembelajaran diperlukan:
Ø Learning to knoe, yaitu peserta didik akan dapat memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. Dengan pendekatan ini diharapkan akan lahir generasi yang memiliki kepercayaa bahwa manusia sebagai kalifah Tuhan di bumi diberi kemampuan untuk mengelola dan mendayagunakan alam bagi kemajuan taraf hidup manusia.
Ø Learning to do, yaitu menerapkan suatu upaya agar peserta didik menghayati proses balajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna.
Ø Learning to be, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik yang mandiri.
Ø Learning to live together, yaitu pendekatan melalui penerapan paradigma ilmu pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan penyelidik akan memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar.
2.4 Peran Teknologi Dalam Perkembangan Pendidikan Di Indonesia
Dalam perkembangan pendidikan di indonesia,teknologi sangat berperan aktif dalam mendukung proses pembelajaran. Salah satunya adalah teknologi informasi dan komunikasi. Dalam dunia pendidikan, keberadaan sistem informasi dan komunikasi merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pendidikan. Dalam sebuah lembaga pendidikan harus memiliki komponen – komponen yang diperlukan untuk menjalankan operasional pendidikan, seperti siswa, sarana dan prasarana, struktur organisasi, proses, sumber daya manusia (tenaga pendidik), dan biaya operasi. Sedangkan sistem komunikasi dan informasi terdiri dari komponen – komponen pendukung lembaga pendidikan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan saat melakukan aktivitas pendidikan (PUSTEKKOM,2006).
Berikut ini Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam dunia pendidikan :
Ø TIK sebagai keterampilan (skill) dan kompetensi
Ø TIK sebagai infratruktur pedidikan
Ø TIK sebagai sumber bahan ajar
Ø TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pendidikan
Ø TIK sebagai pendukung manajemen pendidikan
Ø TIK sebagai sistem pendukung keputusan
Di samping itu, teknologi juga menberikan banyak manfaat dalam pendidikan salah satu contohnya adalah internet. Dalam bidang pendidikan Internet telah memainkan peranan penting dalam proses pembelajaran. Meskipun di dunia pendidikan terdapat beberapa tantangan sebagai berikut:
· Proses pendidikan itu memerlukan waktu tenggang (lead time) yang cukup lama.
· Setidak-tidaknya seorang dituntut untuk mengikuti pendidikan sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
· Dalam pendidikan itu berlaku prinsip “irreversibilitas”.
· Tantangan yang kita hadapi di masa depan cendrung berkembang semakin kompleks, yang ditandai dengan semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai akibat dari arus globalisasi yang semakin terbuka. (PUSTEKKOM,2006).
e-Education, istilah ini mungkin sudah tidak asing bagi bangsa Indonesia. e-education (Electronic Education) ialah istilah penggunaan TI di bidang Pendidikan. Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. Adanya Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat berupa Digital Library. Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan thesis yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan (Oetomo, B.S.D, 2002).
Lingkungan Akademis Pendidikan Indonesia yang mengenal alias sudah akrab dengan Implikasi TI di bidang Pendidikan salah satunya adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Saat ini di UPI, hampir setiap Fakultas yang terdapat di UPI memiliki jaringan yang dapat di akses oleh masyarakat, memberikan informasi bahkan bagi yang sulit mendapatkannya karena problema ruang dan waktu. Hal ini juga tentunya sangat membantu bagi calon mahasiswa maupun mahasiswa atau bahkan alumni yang membutuhkan informasi tentang biaya kuliah, kurikulum, dosen pembimbing, atau banyak yang lainnya. Bahkan saat ini telah berkembang digital library di kawasan kampus. Inisiatif-inisiatif penggunaan TI dan Internet di luar institusi pendidikan formal tetapi masih berkaitan dengan lingkungan pendidikan di Indonesia sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatif yang sekarang sudah ada adalah situs penyelenggara “Komunitas Sekolah Indonesia”. Situs yang menyelenggarakan kegiatan tersebut contohnya plasa.com. dan SMA-net.com.
Selain untuk melayani Institut pendidikan secara khusus, adapula yang untuk dunia pendidikan secara umum di Indonesia. Ada juga layanan situs internet yang menyajikan kegiatan sistem pendidikan di Indonesia. situs ini dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan perkembangan pendidikan yang terjadi dan untuk menyajikan sumber umum serta jaringan komunikasi (forum) bagi administrator sekolah, para pendidik dan para peminat lainnya. Tujuan utama dari situs ini adalah sebagai wadah untuk saling berhubungan yang dapat menampung semua sektor utama pendidikan. Contoh dari situs ini adalah www.pendidikan.net.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno. 2011. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Bumi Aksara.